Medan, (Analisa)
Pemerintah dan asosiasi karet tiga negara penghasil karet terbesar dunia Thailand, Malaysia dan Indonesia menilai penurunan harga karet yang terjadi sejak awal Mei tahun ini masih dalam batas wajar sehingga belum terlalu merisaukan.
"Pemerintah dan pelaku perkaretan di Indonesia, Malaysia dan Thailand juga masih optimistis bahwa harga karet tidak akan anjlok seperti 2008 karena penyebabnya bukan faktor fundamental. Diperkirakan harga masih di sekitar 2,5 -3,5 dolar AS per kg hingga akhir tahun," kata Asisten Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Erwin Tunas, diisela pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Medan, Rabu (19/5).
Menurut dia, penurunan harga karet Mei ini yang dikisaran 2,8 dolar AS per kilogram dari sebelumnya 3,3 an dolar AS per kg, bukan karena faktor fundamental seperti pengaruh "suplay" dan "demand" di negara produsen dan konsumen, tetapi akibat aksi spekulan melepas stok dengan perhitungan pasokan dari negara produsen mulai banyak dan penurunan harga minyak bumi.
"Jadi penurunan harga karet dewasa ini masih belum terlalu merisaukan, apalagi harga masih jauh di atas ambang batas yang ditetapkan tiga negara itu yang sebesar 1,35 dolar AS per kg," katanya.
Pemerintah dan pelaku perkaretan di tiga negara produsen itu, kata dai, semakin yakin bahwa harga tidak terlalu anjlok, karena pasokan dan permintaan di pasar dunia masih seimbang. Bahkan, produksi karet di Indonesia, kata dia, diperkirakan masih tetap seperti 2009 yang sebesar 2,5 juta ton, dimana itu berati tetap lebih rendah dibandingkan 2008 yang sudah 2,7 juta ton.
Dari produksi itu, ekspor diharapkan bisa mencapai 2,200 juta ton atau naik sedikit dari realisasi tahun 2009 yang tercatat sebanyak 1,991 juta ton. "Permintaan sendiri tren meningkat karena dampak krisis global sudah bisa diatasi negara-negara khususnya negara konsumen," katanya.
Dia menolak merinci lebih jauh hasil pertemuan/rapat hari pertama ITRC itu dengan dalih tidak berwenang memberikan keterangan karena ITRC merupakan perjanjian antar negara dimana dalam hal ini Departemen Perdagangan.
"Tunggu saja hasil pertemuan terakhir besok (Kamis,red) dan tanya pejabat Kementerian Perdagangan ya," kata Erwin. Namun dia, mengakui, pertemuan ITRC yang dilakukan dua kali dalam satu tahun itu dan kali ini di Medan, merupakan pertemuan untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan ITRC 2009.
Sempat Mencapai $3,3/kg
Dan secara global, ITRC menilai kebijakan-kebijakan yang diambil pada 2009 seperti melakukan pemangkasan ekspor dan menjaga produksi karet memberikan arti posistif dalam mengangkat harga jual karet di pasar internasional hingga sempat mencapai 3,3an dolar AS per kg.
Meskipun, kata dia, kenaikan harga karet itu juga didukung oleh faktor lainnya seperti permintan yang menguat khususnya dari China, faktor cuaca yang membuat pasokan ketat dan pemulihan ekonomi yang lebih cepat di AS termasuk Eropa yang juga menjadi pasar ekspor.
Dirjen Kerja sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI, Gusmardi Bustami yang disebut-sebut hadir dalam pertemuan itu, hingga sekitar pukul 14 :00 WIB belum berhasil ditemui wartawan. "Beliau sedang makan di luar, nanti atau besok saja temui," kata salah seorang staf dari Kementerian Perdagangan yang tidak mau menyebut identitasnya.
Mantan Direktur International Rubber Consortium Limited (IRCo), Asril Sutan Amir, yang hadir dalam pertemuan itu mengungkapkan pemerintah dan swasta tiga negara produsen utama karet dunia itu tetap sepakat untuk menjaga agar harga karet tidak anjlok untuk bisa mempertahankan minat petani dan pengusaha berkebun karet.
Seperti diketahui, kata dia, sebagian besar tanaman karet dikelola oleh rakyat. "ITRC maupun IRCo juga sudah membuktikan bisa membantu mempertahankan harga ekspor yang lumayan bagus," katanya. (Ant) |
0 komentar:
Posting Komentar